Wednesday, May 29, 2013

"Kursi Permen", Tak Cuma Menarik dan Warna-warni.


  Uniknya, dudukan kursi-kursi ini dibuat menggunakan teknologi kincir angin dan memakai pewarna alami. Alhasil, selain cantik, kursi-kursi ini juga ramah lingkungan.
KOMPAS.com - Kursi-kursi ini tampak empuk dan nyaman. Bentuknya mirip permen dengan warna-warni pastel menarik.
Uniknya, dudukan kursi-kursi ini dibuat menggunakan teknologi kincir angin dan memakai pewarna alami. Alhasil, selain cantik, kursi-kursi ini juga ramah lingkungan.
Pembuatan kursi ini berawal pada 2010. Saat itu, Merel Karhof membangun "Wild Knitting Factory", sebuah mesin rajut bertenaga angin dengan baling-baling turbin berukuran lebih dari satu meter. Kondisi lingkungan berangin membuat aktivitas merajut menjadi lebih cepat, sementara kecepatan angin yang tidak terlalu kuat memungkinkan produksi lebih terkontrol.
Pada eksperimen pertamanya itu, desainer asal Belanda tersebut membuat sebuah scarf. Namun, setelah mengeksplorasi segala kamungkinan dengan produk kreasinya, Karhof melebarkan sayap dan mulai membuat berbagai perlengkapan dudukan dan sandaran bagi furnitur.
Pada sebuah acara yang digelar pekan lalu, (12-19 Mei 2013), Karhof mempersembahkan karya furniturnya, "Windworks", di area penuh kincir angin khas Belanda, The Zaanse Schans. Ia mengkombinasikan kincir angin setempat "Het Jonge Schaap" dan kincir angin "de kat" yang berfungsi sebagai penggiling pewarna.
Awalnya, Karhof membuat berbagai rangka perabot dengan menggunakan gergaji bertenaga listrik dari kincir angin. Perabotan tersebut kemudian dipindahkan ke kincir angin pewarnaan dan diwarnai dengan pewarna alami.
Pada proses pewarnaan, pabrik milik Karhof akan merajut benang-benang rajutan. Hasilnya, kursi-kursi dengan beberapa bantal mewakili jumlah waktu yang diperlukan angin untuk membuatnya. Terakhir, Karhof juga sudah memasang sistem yang memungkinkan kincir angin di pabriknya berpaling dari arah angin berkecepatan terlalu tinggi.

Uniknya Rumah Tanpa Jendela

PARAGUAY - Umumnya, hunian rumah tapak selalu dilengkapi oleh jendela. Namun hal ini tidak berlaku di rumah rancangan Javier Corvalan. Bahkan, karena bangunannya yang unik, rumah yang berlokasi di Caja Oscura, Paraguay ini terlihat seperti Pacman raksasa.

detail berita
Terinspirasi oleh kamera obscuras, rumah miring ini dioperasikan secara manual menggunakan pengungkit yang bisa dibuka dan ditutup. Karenanya, rumah ini bisa membuka dengan sudut 25 derajat. Demikian seperti dikutip dari Inhabitat, Rabu (29/5/2013).

Rumah kecil ini hanya memiliki luas 85 meter persegi. Bangunannya berbentuk kotak yang seluruhnya terbuat dari baja dan isolasi termal. Sementara dasar bangunannya terdiri dari batu beton yang berasal dari kawasan sekitar, di mana tangga masuk terbuat dari batu cantilevering. Tangga tersebut mengarah ke dapur dan ruang tamu.

Rumah ini sengaja dibuat tanpa jendela. Hal itu untuk melindungi rumah dari orang jahat, mengingat sang pemilik kerap pergi dalam waktu yang lama. Selain itu, hal ini juga memangkas biaya pembangunan karena terbatas hanya 20.000 euro atau sekira Rp240 juta (kurs Rp20 ribu per euro).

Karena bisa dibuka, rumah ini menciptakan teras teduh yang berventilasi. Ditambah lagi, rumah ini berlokasi di tengah padang ilalang. Konsep buka dan tutup ini pun membuat penghuninya leluasa melihat pemandangan yang asri dan hijau. (nia) dari okezone.com

Lampu Hias Terbuat dari Rumput Laut









detail berita        TEL AVIV. Beberapa desainer memilih material tak biasa untuk mewujudkan ide "gila" mereka. Misalnya, membuat asesoris serta dekorasi rumah dari material yang bisa dimakan.

Dilansir interiorholic, Selasa (14/5/2013) desain-desain ini tidak sungguhan bisa dimakan. Hanya saja, siapa yang tidak tertarik jika menemukan perabot rumah terbuat dari rumput laut,permen, dan cokelat

Desainer asal Tel Aviv, Nir Meiri menciptakan lampu duduk yang terbuat dari rumput laut. Rumput laut digunakan pada bagian kap lampu, dengan cara menysun rumput laut dalam keadaan basah dan mengeringkannya.

Hasilnya menakjubkan, warna lampu duduk tersebut menjadi hijau zamrud dan memiliki tekstur yang unik ketika lampu dinyalakan.

Lampu lain yang diciptakan terbuat dari cokelat. Cokelat dilelehkan terlebih dahulu dan dicetak menjadi bentuk mangkuk. Dirancang oleh Alexander Lervik Lumière au Chocolat, tentu saja lampu ini tak bisa dimakan, karena hanya berfungsi sebagai hiasan di dalam rumah.

Berikutnya adalah Bite Me adalah lampu yang dirancang oleh Victor Vetterlein. Terbuat dari gliserin sayuran, lampu ini bisa dimakan setelah Anda selesai bekerja dengan bantuan lampu ini.

Cara memakan sayuran pada lampu yaitu Anda harus mencabut semua elemen listrik dari lampu dan rendam dalam air selama satu jam sebelum dimakan.    Yuni Astutik - Okezone

Sunday, May 26, 2013

The historical path of kudus and the house


Kudus was closely related to historical Islamic movement in Java about the Walisongo history Jakfar Shodiq was known as Sunan Kudus, one of the walisongo member that had become penghulu in Demak, and ordered by the sultanate of Demak to spread out the Islamic religion in Kudus (Salam, 1977). Then the region grows became the center or Islamic activities. The glory had srink  after the leader of spirituality sunan Kudus passed away in 1550 M.and ended after new authority the Mataram Islam kingdom conquered almost all regions over central java and East Java. Since 18th century kudus was among of Dutch colony in East Indies as regency.

In 19th century kudus develop forward through it’s economical and social field, due to of the agriculture production raise in significant way. The west Kudus grows as the sheltered for the wealthies agriculture’s merchants. This development sharply occurred when the cigarret industries grows. The development declined when the situation of political and economical unstabled in early 20th century until 1970s. When the situation turned to be more condusive the development goes to the southern and eastern parts of the region.
by the sociological area, Kudus devide became two parts, eastern Kudus and western Kudus that devide by a Gelis river, Eastern Kudus was old city that conotized to the ancients, closed and introvert but also obedience and wealth. Meanwhile at eastern Kudus known as growing area that more modern and heterogenic, more opening for secularism
People of western Kudus knownas religious society, the religious ritual dominated their daily life. At the other side also mentioned as good merchants and skillfull. Among them, there was idiom Jigang mean ngaji (read holy Quran) and trading (as merchant). Ngaji is religious activity that reflected the obedience of muslim in practicing the religion rules.and dagang or trading is the economic activity that conduct to fulfill the earn of living in the real life. Activities for living and after life must be conduct equally to reach the real happiness for today and tomorrow life.

Kudus people perhaps is among of cultural sanctuary society that still influenced by their tradisional habbit, as a religious merchant in their daily life. Trading and entrepreneurship are their ways for earning money, but they still sourround by religious atmosphere. The specialties of the cultural tradision can be found on their vernacular home which is called as Joglo Pencu.  Now adays only few ofpencu house remained. Some of its were sold and particularly were vanished by damaged or remodeled for new looks.


Saturday, May 25, 2013

Le Corbusier (6 October 1887 – 27 August 1965)


le corbusier chaise
    Pemikiran Le Corbusier tentang bangunan tanpa keramaian ornament yang akan menciptakan kota yang cerah dan lebih bersih dimasa mendatang. Konsep ini membawa ke dua perkembangan gaya yaitu gaya Bahaus Jerman, yang lebih focus pada aspek social pada perencanaan gedung-gedung dan gaya Internasional Amerika yang merupakan symbol dari kapitalisme, gaya yang menjadi kegemaran diantara para pembuat gedung perkantoran dan masyarakat kelas atas.Gedung karya Le Corbusier yang terkenal diantaranya Unite d’Habitation di Marseille. The National Museum of Western Art di Tokyo. Chapelle Notre Dame du Haut di Ronchamp dan The Center Le Corbusier di Zurich.
villa savoye


     Charles Edouard Janneret adalah nama asli dari Le Corbusier ( dari bahasa prancis yang berarti seperti gagak). Bukan saja seorang arsitek dan perintis dari gaya Internasional tapi juga seorang desainer, urbanis, penulis dan pelukis. Ia merupakan orang pertama dari bidang ilmunya yang peduli dengan qualitas hidup di kota besar dan padat.
    Le Corbusier memulai lima decade karirnya dengan mendesain vila-villa dengan menggunakan teknik modern. Dia mendesain villa Savoye dekat Paris, sebuah bangunan yang merupakan pondasi dari arsitektur modern, ini merupakan pemikiran dari Le Corbusier tentang a machine a habiter atau mesin untuk hidup didalamnya, sebuah proyek luarbiasa yang dibuktikan menjadi seindah dan sefungsional ala mesin.